Tukang Service

Suatu hari printer saya mengalami gangguan. Hasil cetakannya bergaris dan putus-putus. Saya kemudian segera menelepon tempat service, bermaksud agar printer segera dapat dipakai kembali. Seorang pria menerima telepon saya. Saya pun bercerita soal masalah di printer saya, dan berencana untuk membawa ke tempat service tersebut.

Begitu mendengar cerita saya, kemudian sang pria itu merespon, dengan sesuatu yang tidak saya duga. Si pria menganjurkan agar saya tidak buru-buru membawa printer tersebut ke tempat service-nya. Katanya printer saya sebenarnya tidak rusak, cuma butuh dibersihkan saja, dan menganjurkan saya membersihkan sendiri.

"Karena kalau di tempat service saya, biayanya cukup mahal sekitar Rp75 ribu," tegasnya.

Dalam hati saya berkata baik sekali tukang service ini, tidak matre, memanfaatkan kondisi orang yang sedang apes. Dan karena orangnya ramah saya iseng nanya, "Mas, kalau omongan sampeyan kedengeran boss-nya sampeyan, apa tidak takut kena marah?"

Si Petugas jawab, "Ooo ndaaak.. ndak usah khawatir,..Boss ndak akan marah. Karena ini sudah menjadi kebijakan perusahan."

Saya lalu lanjut mancing nanya, "Ah jangan-jangan sampeyan sendiri Boss-nya ya?"

"Ooo bukaan. Saya ini cuma tukang-nya, ini emang kebijakan si Boss kok. Dia bilang kalau ada kerusakan ringan sebaiknya dianjurkan si pemilik memperbaiki sendiri dulu," jawab si tukang service dengan sabar.

Saya makin terkesan dengan jawaban si petugas ini, apa yang disampaikan sangat masuk akal dan santun. Caranya pun cukup meyakinkan terkesan sungguh-sungguh, tak ubahnya gaya customer service profesional yang saya liat di perusahaan berkelas. Saya pun berusaha berbasa-basi, "Pasti lagi banyak garapan ya mas."

Si tukang lalu jawab, "Ndak...pekerjaan sedang sepi banget nich."

"Lho tapi kok.....?" reaksi saya spontan, makin penasaran.


Si Tukang dengan tetap sabar lalu jelaskan, "Ya, ini lah strategi bisnis boss kami"

"Strategi Bisnis?" tanya saya dengan penuh heran.

Saya semakin heran, karena selama saya belajar business marketing, Ndak ada kiat yang model begini.

Mendengar nada keheranan saya, si petugas ini lalu menjelaskan, "Gini lho mas, kenapa kita selalu nganjurkan si pemilik untuk mencoba memperbaiki sendiri dulu karena biasanya kalau si pemilik nyoba-nyoba memperbaiki sendiri hasilnya akan makin rusak ndak karu-karuan. Lalu di-service di sini dengan biaya service yang lebih besar. Karena kerusakannya parah. Kita khan lebih untung. Begitu kata boss saya."